Mengaku

Been long time since i wrote this kind of post.
Gue kira, gue terlalu angkuh buat mau mengakui kalo hal-hal semacam ini masih mengganggu pikiran gue. Tapi kemudian gue pikir, mengakui ini adalah salah satu cara untuk menerima diri gue.

Jadi, yah--mari mengaku

1.
Konstan;
Benar, bahwa salah satu yg terpenting dari hubungan adalah komunikasi
Benar, bahwa komunikasi dg chat masih cukup intens, meski terasa hambar.
Entah, udah berapa lama gue merasakan kekonstanan dalam percakapan terjadi--dua tiga bulan atau lebih?
Makanya, waktu kemarin disinggung mengenai chatan tidak berarti apa-apa, apakah chatan basa-basi, gue nanya, siapa yg chatnya basa-basi? Karena, sebenarnya gue khawatir begitu. Chat ini cuma basa-basi, penggugur "masih chatan intens".

Gue tau, gue pun salah, karena kurang keras berusaha mengeksplor pembicaraan selain lans? Udah sdm? Udah blabla? Udah blabla?
Tapi gue sebingung itu. Merasa sekonstan itu.

2.
Takut;
Gue lebih sering memilih buat mendam apa yg dirasa. Karena beberapa kali gue ungkapkan, tanggapan yg gue dapet adalah; oh gitu? yaudah kalo emg menurutmu gitu, yaudah maaf deh ya, atau kan kamu yg dulu blablabla coba deh bercermin. Instead of menjelaskan dr apa yg sebenernya alasanmu begitu, membuat gue merasa kurang diperjuangkan, juga bahwa gue ga pernah berubah krn selalu dikomparasikan dgn masa lalu, yg terlalu lampau.

Ujungnya, gue takut mengungkapkan apa yg gue rasa dan pikirkan, cuma bakal menjauhkan kita, dan mengurangi rasa yg entah tinggal berapa. Pun takut, kalau memang cuma gue yg berusaha mempertahankannya

--to be continued



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Explore Ciwidey: Villa Alkatiri, Kawah Putih, Rancawalini

An almost complete bucketlist: Lembang!

Explore Ciwidey: Pemandian Air Panas Ciwalini